Nostalgia, Permainan Tradisional Masa Kecil Anak 90 an

thumbnail



Oleh: Moh. Mahrus
Masa kecil merupakan masa yang indah dalam hidup kita. Masa dimana kita hanya bermain, sekolah dan mengaji. Jika mengingat masa kecil maka akan kembali tumbuh senyum-senyum di hati dan menimbulkan ingatan nostalgia yang tidak bisa dilupakan akan tetapi bisa diceritakan kepada generasi penerus maupun orang lain. Bagi anak-anak yang lahir di kisaran tahun 1990 an tentunya masih banyak sekali yang masih ingat permainan-permainan tradisional dahulu. Akan tetapi untuk anak kelahiran tahun 2000 an mungkin sudah agak berbeda, karena pada tahun 2000 zaman sudah berubah drastis. Nah di bawah ini akan dibahas mengenai Permainan Tradisional Masa Kecil Anak 90 an.

Menurut Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BP-PLSP) permainan tradisional merupakan hasil penggalian dari budaya sendiri yang didalamnya banyak mengandung nilai-nilai pendidikan karena dalam kegiatan permainannya memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang memainkannya. Selain itu permainannya dilakukan secara berkelompok sehingga menimbulkan rasa demokrasi antar teman main dan alat permainan yang digunakan pun relatif sederhana. Diantara permainan tradisional itu dan pernah dimainkan oleh penulis adalah petak umpet, obak gendrem, obak patung, egrang, bekel, kelereng, layang-layang, ketapel , bentek dan lompat tali. Oleh sebab itu yuk kita simak ulasan di bawah ini.

1.      Petak Umpet
Petak umpet adalah permainan tradisional yang dimainkan secara bersama-sama minimal 3 orang lebih dengan 1 orang yang kalah menjadi pencari dan yang menang lainya sembunyi yang diawali dengan hompimpah. Permainan ini merupakan permainan tradisional yang dapat kita temui di Indonesia. Permainan ini biasanya kalau di daerah penulis di awali hompimpah atau suit kemudian yang kalah bertugas sebagai pencari. Selain itu biasanya permainan ini dikemas dengan menumpuk 10 pecahan genteng kecil yang disusun ke atas kemudian di lempar oleh pemenang. Tugas dari pencari selain mencari teman yang sembunyi adalah menjaga tumpukan genteng yang sudah disusun supaya tidak ditendang teman yang sembunyi. 

2.      Obak Gendrem  (Mata ditutup pake kain)
Obak gendrem begitulah anak-anak di sekitar desaku menyebutnya. Permainan ini adalah permainan yang dimainkan secara bersama-sama dengan menjadikan satu pencari yang kalah dalam hompimpah. Teknik permainan ini adalah satu anak yang menjadi pencari, matanya ditutup memakai kain, kemudian si pencari ini melakukan pencarian kepada teman-teman yang ikut dengan memegang tubuhnya kemudian menyebutkan siapa nama yang dipegang tubuhnya. Apabila si pencari benar menyebutkan nama maka si pencari akan bebas.

3.      Obak Patung (Menjadi Patung/mannequin challenge Jawa)
Saat ini dunia nyata dan maya telah dihebohkan dengan mannequin challenge. Sebenarnya dahulu kala sudah ada dikampugku mannequin challenge itu. Permainan itu adalah obak patung. Obak patung biasanya dimainkan secara bersama-sama dengan satu orang yang kalah menjadi pencari. Cara permainan ini adalah si pencari mengejar anak-anak yang lain untuk dapat memegang tubuh si anak yang menjadi teman main. Anak yang dikejar si pencari apabila ingin dipegang maka akan mengucapkan “Patung” dan anggota tubuh semuanya diam. Hal ini dilakukan sebagai cara untuk menghindari kejaran si pencari. Apabila si patung ini gerak atau senyum maka akan gugur dan menjadi si pencari, begitupun seterusnya. Biasanya permainan ini dimainkan di halaman rumah.

4.      Egrang
Permainan Egrang tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Permainan ini hampir dapat kita jumpai disetiap daerah di Indonesia. Egrang biasanya dimainkan dengan menggunakan kayu atau bambu yang memiliki pijakan (tempat kaki)  kurang lebih 0, 5 m-1 m dari bawah tongkat kayu/bambu. Teknik permainan ini adalah si pemain berdiri dengan memegang dua bilah tongkat kayu atau bambu yang sudah dibentuk. Kemudian si pemain berjalan menggunakan tongkat, permainan ini sangat membutuhkan keseimbangan tubuh dan bisa menjadi olahraga alternatif dan tentunya mempunyai banyak manfaat.

5.      Bekel
Bekel adalah permainan bola kecil yang terbuat dari karet. Permainan ini biasanya dilakukan dengan 2 orang atau lebih dan biasanya dimainkan oleh anak perempuan. Permainan ini dimainkan dengan cara melempar bola ke atas kemudian menata kuningan yang roboh supaya berdiri kembali sebelum bola mantul ke bawah dan ditangkap kembali, begitupun seterusnya sesuai dengan kesepakatan pemain. 

6.      Kelereng
Kelereng atau Nekeran (Jawa) adalah permainan bola kecil yang dimainkan oleh anak-anak pada zaman dahulu. Permainan ini hampir jarang pernah kita jumpai di era kini. Permainan ini dimainkan dengan berbagai cara sesuai budaya dan lingkungan pemain. Ada yang di tata kemudian di lempar, dan ada yang dimasukkan ke dalam lubang yang dibuat. Permainan ini sangat bermanfaat sekali, selain dapat memberikan kesenangan permainan ini dapat melatih berhitung untuk anak-anak kecil. Akan tetapi keberadaan permainan ini sekarang sudah tergeser dengan game elektronik dan gadget.

7.      Layang-layang
Loyangan (Jawa) atau layang-layang adalah permainan yang mudah kita jumpai di setiap daerah di Indonesia. Permainan ini masih dipertahankan oleh anak-anak, remaja dan dewasa. Layangan biasanya dibuat dengan menggunakan bahan bambu, benang yang sudah dipotong kemudian didesain, ditempel kertas yang sudah dipotong menggunakan lem. Sangat banyak sekali jenis layangan di Indonesia, dan tentunya sesuai dengan budaya dan adat-istiadat daerah masing-masing. Ada layangan gelasan, sowangan, naga dan lain-lainya. Selama ini permainan ini masih diminati dan diperhatikan oleh beberapa pihak, hal itu bisa kita jumpai terutama di daerah peisir Tuban yang setiap tahunya diadakan festival layang-layang. Begitupun seperti di daerah lainya seperti Bali, Sumatra dan Makasar. 

8.      Ketapel (Senapan Y)
Ketapel merupakan permainan tradisional yang dimainkan anak-anak di desa ku (khusunya) dahulu untuk mencari burung atau cicak untuk makanan burung peliharaan. Bahan dari pembuatan ketapel adalah kayu berbentuk huruf “Y”, pantil (tali dari sejenis karet), dan tempat amunisi, biasanya terbuat dari ban atau kain yang dipotong. Permainan ini sekarang sudah jarang dimainkan oleh anak-anak. Akan tetapi ketapel di masa kini fungsinya sudah berbeda, sekarang banyak digunakan pendemo untuk menembak polisi yang sedang mengamankan demonstrasi. Hhhe….

9.      Loncat Tali
Loncat Tali adalah permainan lompatan yang dimainkan oleh 3 orang atau lebih dengan menggunakan tali yang biasanya terbuat dari karet. Permainan ini tentunya dapat melatih otot-otot dan loncatan yang bagus. Permainan ini dimulai melompat dari mata kaki kemudian ke atas sampai kepala, begitupun seterunsya. Keberadaan permainan ini sekarang sudah jarang dimainkan. Menurut penulis hal itu terjadi karena dampak dari globalisasi. 

10.  Bentek
Bentek, begitulah orang daerahku menyebutnya. Alat permainan ini adalah kayu pemukul dan kayu kecil pendek yang dipukul (polo). Permainan bentek biasanya dilakukan oleh anak-anak di desa ku dengan dibagi menjadi dua tim. Tim pemukul adalah tim yang sedang memukul kayu untuk jalanya permainan. Sedangkan tim penangkap adalah tim yang menjaga untuk menangkap dan melempar kayu kecil yang dipukul menggunakan tongkat kayu. Dalam permainan ini biasanya yang kalah akan dihukum dengan cara menggendong tim yang menang.

Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi perlahan-lahan menggeser keberadaan permainan tradisional. Jarang sekali kita melihat anak-anak jaman sekarang memainkan permainan tradisional seperti di atas. Anak-anak sekarang sudah tidak tahu permainan tradisional akan tetapi permainan anak zaman sekarang adalah gadget dan game elektronik. Penulis berharap semoga permainan tradisional ini tidak hilang dan masih dipertahankan. Selain itu peran orang tua, masyarakat dan pemerintah sangat diperlukan untuk menjaga keutuhan permainan tradisional Indonesia.

Nah, itu tadi sobat pemaparan tentang nostalgia permainan tradisional anak 90 an semoga bermanfaat. Sebenarnya masih banyak lagi permainan tradisional yang belum teruraikan. Mari Kita pertahankan Permainan Tradisional Anak Indonesia sebagai warisan budaya khas daerah yang mendidik dan penuh nilai.

Tukang Pembersih Bukan Tukang Sampah

thumbnail


Oleh.M Mahrus

Sering kita di masyarakat mendengar kata-kata Tukang. Ada tukang kayu, tukang bangunan, tukang ojek, tukang becak, tukang sampah dan lain-lain. Tukang dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan orang yang pekerjaanya membuat. Melihat definisi tersebut penulis kadang merasa aneh terhadap sebutan untuk Tukang Sampah. Tukang Sampah apabila diartikan adalah sebagai seseorang yang bekerja untuk membuat sampah. Akan tetapi keadaan itu bertolak belakang. Tukang sampah dalam realitanya adalah seseorang yang bertugas membersihkan sampah-sampah di bak sampah depan rumah warga kemudian dikumpulkan di TPS (Tempat Pembuangan Sementara). Sebutan tukang sampah pantasnya adalah sebutan bagi kita-kita ini yang kadang masih tidak sadar dengan membuang sampah sembarangan di lingkungan.

Selama ini yang kita sebut sebagai tukang sampah adalah orang yang sangat berjasa bagi kita semua karena berkat mereka lah lingkungan menjadi bersih, utamanya di daerah perkotaan. Mulai matahari sebelum terbit sampai matahari tenggelam mereka sibuk bergelut dengan sampah. Bukanya membuat sampah tapi membersihkan lingkungan dari sampah. Mereka harus berkeliling dari rumah satu ke rumah yang lain, baik menggunakan truk sampah maupun gerobak dorong. Hal yang kotor seakan menjadi teman biasa tiap hari untuk melaksanakan kewajiban menjaga kebersihan lingkungan dan untuk mencari sesuap nasi. Sungguh mulia tentunya pekerjaan mereka dibandingkan dengan pejabat berdasi yang korupsi atau menghianati rakyat dan orang-orang yang membuang sampah sembarangan.

Penulis sebagai mahasiswa rasanya kurang pas jika melihat orang-orang mulia tersebut yang berjasa bagi kita dan lingkungan di sebut sebagai tukang sampah. Ada baiknya mulai sekarang mereka kita sebut sebagai Tukang Pembersih (Tukang Bersih). Sebuah sebutan yang agak berbeda dan benar menurut saya adalah sebuah apresiasi bagi mereka yang bekerja setiap hari membersihkan sampah di depan rumah kita maupun di jalan perkotaan. Oleh karena itu disini penulis mengajak supaya kita merubah sebutan atau julukan kepada orang-orang yang bekerja membersihkan sampah di lingkungan kita yang awalnya kita sebut Tukang Sampah menjadi Tukang Pembersih (Tukang Bersih).   

Perempuan Harus Berorganisasi

thumbnail


Oleh : Moh.Mahrus

Perempuan adalah sosok manusia yang sangat ideal. Dikatakan ideal adalah perempuan itu sebenarnya mempunyai sifat lemah lembut dan kasih sayang. Dari rahim perempuan nanti akan lahir cikal bakal dari seorang pemimpin, pengusaha, Nyai ulama, tokoh masyarakat, dan orang berpengaruh lainya. Di negara kita tercinta ini sosok pahlawan dari kalangan perempuan sangat banyak sekali. Mereka semua telah berjasa terhadap negeri ini. Sebut saja seperti R.A Kartini, dia lah yang berjuang menjadi pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Pemikiran-pemikiran, visi dan gagasan yang dimiliki sangat besar sehingga jasanya bisa kita nikmati sampai sekarang. Dia memperjuangkan dan ingin menyamakan derajat kaum perempuan dengan pria. Tidak selamanya perempuan itu hanya diam di rumah menjadi ibu rumah tangga, akan tetapi perempuan juga harus bersekolah untuk bekal masa depan nanti.
Semenjak berhasilnya perjuangan R.A Kartini untuk menyamakan derajat antara kaum perempuan dengan pria tersebut, maka bisa dibilang merdekalah kaum perempuan, karena kini perempuan juga bisa menempuh pendidikan, berekspresi dan andil dalam segala bidang. Untuk itu maka perempuan harus berani menunjukkan jati dirinya. Hal itu bisa dimulai dari bangku sekolah dengan mengikuti organisasi siswa intra sekolah (OSIS), kemudian melanjutkan kuliah dan aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa serta ikut juga dalam organisasi sosial masyarakat. Dengan berorganisasi tentunya (perempuan) akan berproses. Setelah berproses maka akan paham tentang memimpin dan dipimpin (leadership) dan menguasai  bagaimana cara berhubungan dengan masyarakat serta mampu mengabdikan diri pada masyarakat. Realita menunjukkan bahwa kebanyakan selama ini orang-orang yang menjadi pemimpin, pejabat dan tokoh politik itu semasa mudanya adalah orang-orang yang senang berorganisasi, baik di sekolah, kampus dan masyarakat.

Menengok Tradisi dan Budaya Desa Gaji Yang Eksotis

thumbnail


Menengok Tradisi dan Budaya Desa Gaji Yang Eksotis
Oleh. M. Mahrus



Desa Gaji merupakan desa yang terletak di kecamatan Kerek kabupaten Tuban. Lokasi desa Gaji terletak di barat daya kota Tuban berjarak +30 km dari pusat kota. Desa Gaji terbagi menjadi 4 dusun, yaitu dusun Sidomulyo, Sidodadi, Karangbinangun dan Sidorejo dengan jumlah penduduk +6.000 jiwa. Sebagian besar penduduknya merupakan suku Jawa, berprofesi sebagai petani dan beragama Islam. Saat ini desa Gaji sudah berkembang dengan baik, hal itu terlihat dari kemajuan pembangunan desa meliputi pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, sumber air, tempat ibadah dan pendidikan. Banyak keunikan ketika kita datang ke desa ini, karena desa Gaji banyak menyimpan warna-warni desa berupa tradisi dan budaya yang eksotis. Apa sajakah Tradisi dan budaya desa Gaji? Yuk kita simak ulasan di bawah ini.
Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Sedangkan pengertian budaya menurut E.B Taylor dalam Soekanto (1996:55) "kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat"Berbicara Tradisi dan budaya desa Gaji sangat banyak tentunya dan masih dipertahankan dengan baik walaupun juga ada yang sudah luntur. Berbagai macam tradisi dan budaya itu diantaranya sedekah bumi, membatik, Nganteh (memintal kapuk menjadi benang), menenun, Tongklek, Tuntunan, Tingkepan, Mudun Lemah, Slametan, Ruwatan, dan lain-lainya.
a.       Sedekah Bumi
Sedekah bumi atau manganan (sebutan masyarakat gaji) di desa Gaji biasanya dilakukan di Sumur Mbopong yang terletak di selatan desa Gaji. Hal itu dilakukan sebagai rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas limpahan alam, mata air sumur dan menolak balak. Tiap tahunya di sumur ini diadakan sedekah bumi dengan acara doa bersama kemudian dilanjutkan dengan hiburan tayub. Sedekah bumi biasanya juga dilakukan di tempat-tempat lain yang strategis sesuai kehendak kesepakatan masyarakat atau pihak desa.
b.      Membatik
Kegiatan membatik merupakan warisan budaya dari orang tua dan leluhur-leluhur dahulu. Batik sekarang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Kegiatan membatik ini sekarang masih ditekuni oleh  ibu-ibu dan remaja putri. Batik desa Gaji ini sangat khas sekali coraknya dan mempunyai nilai jual tinggi. Ada beberapa pengusaha batik lokal yang sudah bisa mengembangkan produknya dengan baik dan sukses. Kita dapat menjumpai kegiatan membatik ini paling banyak di dusun Sidomulyo, Gaji.
c.       Nganteh (memintal kapuk menjadi benang)
Nganteh merupakan kegiatan membuat benang dari kapas menggunakan mesin tradisional yang namanya Jontro. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu atau embah-embah wedok (perempuan). Jontro merupakan mesin tradisional yang  digunakanan, dan terbuat dari roda gila dari kayu dan dibalut kain kemudian memakai ban kipas yang terbuat dari benang. Selain itu juga terdapat kisi, yaitu berupa kayu yang menjadi tempat penggulung jadinya benang. Sistem kerjanya menggunakan tangan kanan penganteh sebagai penggerak roda gila dan tangan kiri memegang kapas yang sudah digulung kemudian ditarik sesuai dengan putaran roda gila. Finishing dari kegiatan nganteh ini adalah terbentuknya benang kapas yang siap ditenun, orang desa saya menyebutnya lawe. Untuk lebih jelasnya silakan datang ke desa Gaji.
d.      Menenun
Menenun adalah proses pembuatan barang-barang tenun (kain) dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada benang-benang lungsin (benang lusi). Sebelum menenun dilakukan penghanian, yakni pemasangan benang-benang lungsin secara sejajar satu sama lainnya di alat tenun sesuai lebar kain yang diinginkan (Wikipedia). Kegiatan menenun sekarang di desa Gaji sudah jarang. Dapat dihitung yang masih melakukan aktifitas ini. Semoga kedepan tradisi ini masih bisa dpertahankan dan bisa dilanjutkan oleh generasi muda bangsa supaya tidak hilang.
e.       Musik Tongklek
Tongklek merupakan musik tradisional yang dimainkan pada waktu bulan puasa oleh sekelompok warga desa Gaji khususnya dan masyarakat Tuban umumnya. Musik Tongklek ini difungsikan untuk membangunkan warga agar bangun makan sahur. Alat musik yang dimainkan diantaranya kentongan, gambangan, gong, drum air dan lain-lainya. Keberadaan musik Tongkel di kabupaten Tuban sangat diperhatikan oleh pemerintah dan ormas-ormas lainya. Hal itu terlihat dari sering diadakanya event tahunan festival tongklek baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. 
f.       Tuntunan
Tuntunan berasal dari kata tuntun mendapat imbuhan an. Dikatakan Tuntunan karena dalam tradisi masyarakat Gaji, setiap anak laki-laki yang mampu dan sesuai kesepakatan kedua belah pihak keluarga calon pengantin, apabila akan menikah membawa sapi dan bahan-bahan makanan lainya. Yang dibawa dalam tradisi ini kerumah calon istri adalah sapi, ayam, beras yang dikemas dalam karung (bago), bumbu masak, kayu, minuman, kelapa dan lain-lainya. Tuntunan ini biasanya dibawa kerumah calon istri seminggu sebelum acara akad/resepsi dengan cara diarak, yang paling depan adalah sapi. Hal ini kerap dijadikan warga sebagai tontonan. Untuk tradisi ini sampai sekarang masih dipertahankan dengan baik.
g.      Tingkepan
Sebuah acara adat yang dilakukan untuk permohonan bagi seorang perempuan yang baru pertama kali hamil yaitu pada saat usia kehamilan memasuki bulan ke empat (neloni) dan pada masa kehamilan memasuki bulan ke tujuh (mitoni), dengan istilah neloni mitoni atau tingkepan(posyandu.org). Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Namun untuk pelaksanaan tradisi di desa Gaji, biasanya diawali dengan pembacaan kitab suci Al Qur’an surat maryam dan yusuf oleh kyai, ustad, modin dan undangan lainya. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi membawa cengkir, aneka minuman dan makanan (rujak, dawet, degan, bubur, ketela pohon), taker berisi bunga yang dibawa oleh si ibu yang hamil dan suaminya. Jadi untuk pelaksanaan tradisi ini masih dipegang kuat oleh masyarakat Gaji.
h.      Mudun lemah
Tradisi Tedhak Siten atau orang jawa menyebut tradisi  (mudun lemah) turun tanah. Tedak siten (dari kata Jawa=tedak=cedhak (men-dekat). Siten=siti=lemah (jawa=tanah ). Tradisi ini dilakukan ketika anak menginjak 8 bulan (pitung lapan), tradisi ini tidak hanya di Jawa, di daerah lain di Indonesia juga ada tradisi seperti ini. Tradisi turun tanah menjadi symbol bagi kalangan masyarakat Jawa mengisyratakan dalam usia tersebut seorang anak sudah saatnya untuk kembali ketanah. Menginjakan kakinya ke tanah sebagai upaya pendekatan kepada dirinya sendiri yang berunsurkan tanah. Dan sekaligus merupakan usia anak untuk melatih dirinya untuk berjalan di tanah yang pertama kali. Tradisi ini di desa Gaji prosesinya bermacam-macam, masih ada yang utuh seperti tradisi masyarakat Jawa umumnya dan ada pula yang hanya dengan syukuran kemudian bayi diturunkan dari gendongan ibunya untuk menginjakkan kakinya di tanah.
i.        Slametan
Slametan berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Slametan biasanya dilakukan masyarakat dalam berbagai hal seperti kelahiran, pernikahan dan kematian. Tradisi slametan di desa Gaji masih dipertahankan dengan baik. Hal ini dapat kita jumpai ketika ada anak yang baru lahir, upacara pernikahan dan ada orang yang meninggal. Khusus untuk orang yang meninggal biasanya ada slametan 7, 40, 100, 1000 hari kematian dengan cara yasinan, tahlilan untuk almarhum dan biasanya dipimpin oleh kyai, ustad, modin. 
j.        Ruwatan (Wayangan)
Diruwat (jawa) atau diruat (sunda) berasal dari adat istiadat Jawa, istilah ruwat berasal dari istilah Ngaruati artinya menjaga dari kecelakaan Dewa Batara. Biasanya ruwat dilaksanakan ketika anak yang sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan, mempunyai tanda Wisnu (tanda putih pada badannya, dll). Untuk tradisi ruwatan di desa Gaji masih dilakukan bagi sebagian masyarakatnya dengan cara menanggap wayang mulai dari jam 09.00-15.00 siang. Dalam upacara ruwatan ini biasanya disiapkan beberapa sajen dan perlengkapan lainya untuk melengkapi prosesi tersebut. Akhir dari prosesi ini biasanya anak yang diruwat disuruh mandi kembang.
Sebenarnya tradisi dan budaya desa Gaji ini adalah masuk tradisi budaya Jawa pada umumnya, akan  tetapi penyajian tradisi dan budayanya ada yang dikemas agak khas berbeda. Demikian tadi pemaparan sedikit tradisi dan budaya desa Gaji yang eksotis. Masih banyak lagi tradisi dan budaya yang unik dari desa Gaji, insyaallah kedepan akan saya paparkan kembali. Untuk lebih jelasnya monggo datang ke desa Gaji, kecamatan Kerek Kab. Tuban. Yuk kawan-kawan semua mari kita Cintai Tradisi dan Budaya Bangsa sebagai wujud Cinta Pada Tanah Air Indonesia. Yakusa