Home » » Menengok Tradisi dan Budaya Desa Gaji Yang Eksotis

Menengok Tradisi dan Budaya Desa Gaji Yang Eksotis



Menengok Tradisi dan Budaya Desa Gaji Yang Eksotis
Oleh. M. Mahrus



Desa Gaji merupakan desa yang terletak di kecamatan Kerek kabupaten Tuban. Lokasi desa Gaji terletak di barat daya kota Tuban berjarak +30 km dari pusat kota. Desa Gaji terbagi menjadi 4 dusun, yaitu dusun Sidomulyo, Sidodadi, Karangbinangun dan Sidorejo dengan jumlah penduduk +6.000 jiwa. Sebagian besar penduduknya merupakan suku Jawa, berprofesi sebagai petani dan beragama Islam. Saat ini desa Gaji sudah berkembang dengan baik, hal itu terlihat dari kemajuan pembangunan desa meliputi pembangunan jalan, fasilitas kesehatan, sumber air, tempat ibadah dan pendidikan. Banyak keunikan ketika kita datang ke desa ini, karena desa Gaji banyak menyimpan warna-warni desa berupa tradisi dan budaya yang eksotis. Apa sajakah Tradisi dan budaya desa Gaji? Yuk kita simak ulasan di bawah ini.
Tradisi merupakan sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Sedangkan pengertian budaya menurut E.B Taylor dalam Soekanto (1996:55) "kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat"Berbicara Tradisi dan budaya desa Gaji sangat banyak tentunya dan masih dipertahankan dengan baik walaupun juga ada yang sudah luntur. Berbagai macam tradisi dan budaya itu diantaranya sedekah bumi, membatik, Nganteh (memintal kapuk menjadi benang), menenun, Tongklek, Tuntunan, Tingkepan, Mudun Lemah, Slametan, Ruwatan, dan lain-lainya.
a.       Sedekah Bumi
Sedekah bumi atau manganan (sebutan masyarakat gaji) di desa Gaji biasanya dilakukan di Sumur Mbopong yang terletak di selatan desa Gaji. Hal itu dilakukan sebagai rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas limpahan alam, mata air sumur dan menolak balak. Tiap tahunya di sumur ini diadakan sedekah bumi dengan acara doa bersama kemudian dilanjutkan dengan hiburan tayub. Sedekah bumi biasanya juga dilakukan di tempat-tempat lain yang strategis sesuai kehendak kesepakatan masyarakat atau pihak desa.
b.      Membatik
Kegiatan membatik merupakan warisan budaya dari orang tua dan leluhur-leluhur dahulu. Batik sekarang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia yang berasal dari Indonesia. Kegiatan membatik ini sekarang masih ditekuni oleh  ibu-ibu dan remaja putri. Batik desa Gaji ini sangat khas sekali coraknya dan mempunyai nilai jual tinggi. Ada beberapa pengusaha batik lokal yang sudah bisa mengembangkan produknya dengan baik dan sukses. Kita dapat menjumpai kegiatan membatik ini paling banyak di dusun Sidomulyo, Gaji.
c.       Nganteh (memintal kapuk menjadi benang)
Nganteh merupakan kegiatan membuat benang dari kapas menggunakan mesin tradisional yang namanya Jontro. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh ibu-ibu atau embah-embah wedok (perempuan). Jontro merupakan mesin tradisional yang  digunakanan, dan terbuat dari roda gila dari kayu dan dibalut kain kemudian memakai ban kipas yang terbuat dari benang. Selain itu juga terdapat kisi, yaitu berupa kayu yang menjadi tempat penggulung jadinya benang. Sistem kerjanya menggunakan tangan kanan penganteh sebagai penggerak roda gila dan tangan kiri memegang kapas yang sudah digulung kemudian ditarik sesuai dengan putaran roda gila. Finishing dari kegiatan nganteh ini adalah terbentuknya benang kapas yang siap ditenun, orang desa saya menyebutnya lawe. Untuk lebih jelasnya silakan datang ke desa Gaji.
d.      Menenun
Menenun adalah proses pembuatan barang-barang tenun (kain) dari persilangan dua set benang dengan cara memasuk-masukkan benang pakan secara melintang pada benang-benang lungsin (benang lusi). Sebelum menenun dilakukan penghanian, yakni pemasangan benang-benang lungsin secara sejajar satu sama lainnya di alat tenun sesuai lebar kain yang diinginkan (Wikipedia). Kegiatan menenun sekarang di desa Gaji sudah jarang. Dapat dihitung yang masih melakukan aktifitas ini. Semoga kedepan tradisi ini masih bisa dpertahankan dan bisa dilanjutkan oleh generasi muda bangsa supaya tidak hilang.
e.       Musik Tongklek
Tongklek merupakan musik tradisional yang dimainkan pada waktu bulan puasa oleh sekelompok warga desa Gaji khususnya dan masyarakat Tuban umumnya. Musik Tongklek ini difungsikan untuk membangunkan warga agar bangun makan sahur. Alat musik yang dimainkan diantaranya kentongan, gambangan, gong, drum air dan lain-lainya. Keberadaan musik Tongkel di kabupaten Tuban sangat diperhatikan oleh pemerintah dan ormas-ormas lainya. Hal itu terlihat dari sering diadakanya event tahunan festival tongklek baik tingkat kecamatan maupun kabupaten. 
f.       Tuntunan
Tuntunan berasal dari kata tuntun mendapat imbuhan an. Dikatakan Tuntunan karena dalam tradisi masyarakat Gaji, setiap anak laki-laki yang mampu dan sesuai kesepakatan kedua belah pihak keluarga calon pengantin, apabila akan menikah membawa sapi dan bahan-bahan makanan lainya. Yang dibawa dalam tradisi ini kerumah calon istri adalah sapi, ayam, beras yang dikemas dalam karung (bago), bumbu masak, kayu, minuman, kelapa dan lain-lainya. Tuntunan ini biasanya dibawa kerumah calon istri seminggu sebelum acara akad/resepsi dengan cara diarak, yang paling depan adalah sapi. Hal ini kerap dijadikan warga sebagai tontonan. Untuk tradisi ini sampai sekarang masih dipertahankan dengan baik.
g.      Tingkepan
Sebuah acara adat yang dilakukan untuk permohonan bagi seorang perempuan yang baru pertama kali hamil yaitu pada saat usia kehamilan memasuki bulan ke empat (neloni) dan pada masa kehamilan memasuki bulan ke tujuh (mitoni), dengan istilah neloni mitoni atau tingkepan(posyandu.org). Tradisi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa pada umumnya. Namun untuk pelaksanaan tradisi di desa Gaji, biasanya diawali dengan pembacaan kitab suci Al Qur’an surat maryam dan yusuf oleh kyai, ustad, modin dan undangan lainya. Kemudian dilanjutkan dengan prosesi membawa cengkir, aneka minuman dan makanan (rujak, dawet, degan, bubur, ketela pohon), taker berisi bunga yang dibawa oleh si ibu yang hamil dan suaminya. Jadi untuk pelaksanaan tradisi ini masih dipegang kuat oleh masyarakat Gaji.
h.      Mudun lemah
Tradisi Tedhak Siten atau orang jawa menyebut tradisi  (mudun lemah) turun tanah. Tedak siten (dari kata Jawa=tedak=cedhak (men-dekat). Siten=siti=lemah (jawa=tanah ). Tradisi ini dilakukan ketika anak menginjak 8 bulan (pitung lapan), tradisi ini tidak hanya di Jawa, di daerah lain di Indonesia juga ada tradisi seperti ini. Tradisi turun tanah menjadi symbol bagi kalangan masyarakat Jawa mengisyratakan dalam usia tersebut seorang anak sudah saatnya untuk kembali ketanah. Menginjakan kakinya ke tanah sebagai upaya pendekatan kepada dirinya sendiri yang berunsurkan tanah. Dan sekaligus merupakan usia anak untuk melatih dirinya untuk berjalan di tanah yang pertama kali. Tradisi ini di desa Gaji prosesinya bermacam-macam, masih ada yang utuh seperti tradisi masyarakat Jawa umumnya dan ada pula yang hanya dengan syukuran kemudian bayi diturunkan dari gendongan ibunya untuk menginjakkan kakinya di tanah.
i.        Slametan
Slametan berasal dari kata slamet (Arab: salamah) yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Slametan biasanya dilakukan masyarakat dalam berbagai hal seperti kelahiran, pernikahan dan kematian. Tradisi slametan di desa Gaji masih dipertahankan dengan baik. Hal ini dapat kita jumpai ketika ada anak yang baru lahir, upacara pernikahan dan ada orang yang meninggal. Khusus untuk orang yang meninggal biasanya ada slametan 7, 40, 100, 1000 hari kematian dengan cara yasinan, tahlilan untuk almarhum dan biasanya dipimpin oleh kyai, ustad, modin. 
j.        Ruwatan (Wayangan)
Diruwat (jawa) atau diruat (sunda) berasal dari adat istiadat Jawa, istilah ruwat berasal dari istilah Ngaruati artinya menjaga dari kecelakaan Dewa Batara. Biasanya ruwat dilaksanakan ketika anak yang sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan, mempunyai tanda Wisnu (tanda putih pada badannya, dll). Untuk tradisi ruwatan di desa Gaji masih dilakukan bagi sebagian masyarakatnya dengan cara menanggap wayang mulai dari jam 09.00-15.00 siang. Dalam upacara ruwatan ini biasanya disiapkan beberapa sajen dan perlengkapan lainya untuk melengkapi prosesi tersebut. Akhir dari prosesi ini biasanya anak yang diruwat disuruh mandi kembang.
Sebenarnya tradisi dan budaya desa Gaji ini adalah masuk tradisi budaya Jawa pada umumnya, akan  tetapi penyajian tradisi dan budayanya ada yang dikemas agak khas berbeda. Demikian tadi pemaparan sedikit tradisi dan budaya desa Gaji yang eksotis. Masih banyak lagi tradisi dan budaya yang unik dari desa Gaji, insyaallah kedepan akan saya paparkan kembali. Untuk lebih jelasnya monggo datang ke desa Gaji, kecamatan Kerek Kab. Tuban. Yuk kawan-kawan semua mari kita Cintai Tradisi dan Budaya Bangsa sebagai wujud Cinta Pada Tanah Air Indonesia. Yakusa
Thanks for reading Menengok Tradisi dan Budaya Desa Gaji Yang Eksotis

« Previous
« Prev Post
Next »
Next Post »

2 komentar: